ARAB PRA ISLAM


ARAB PRA ISLAM

Perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam tidak terlepas dari peradaban dan kebudayaan sebelum Islam. Demikian juga dengan perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam di Arab, tidak terlepas dari peradaban dan kebudayaan Arab pra islam karena bangsa Arablah yang mula-mula menerima agama Islam. Sebelum datangnya agama Islam, mereka telah mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup.
Bangsa Arab berasal dari bangsa Semit yang pada awalnya membangun peradaban di Mesopotamia dan Syria, kemudian perlahan-lahan mereka kehilangan dominasi politik mereka disebabkan serangan dari bangsa nomad Semit dan bangsa non Semit. Bangsa Arab sebelum islam biasanya disebut Arab Jahiliyah, yaitu bangsa yang belum berperadaban, bodoh, tidak mengenal aksara.

Menurut Hasan Ibrahim Hasan, perkembangan bangsa Arab terbagi atas dua kelompok besar, yaitu:

1.    Arab Ba’idah, yaitu kelompok yang telah punah. Sejarah mereka telah terhenti bersama dengan punahnya mereka di permukaan bumi, seperti bangsa ‘Ad dan Tsamud.
2.    Arab Baqiyah, yaitu kelompok yang bisa bertahan sampai sekarang, yang terdiri dari dua golongan, yaitu:

a.    Arab ‘Aribah (Arab Asli) yang berasal dari suku Qahthan. Mereka umumnya tinggal di Yaman dan Arab selatan.
b.    Arab Musta’rabah (Arab campuran), yaitu keturunan suku Ad-nan, yang umumnya tinggal di Hijaz. Mereka adalah keturunan Nabi Ismail As.

Sedangkan menurut para sejarawan lainnya, bangsa arab terbagi atas dua bahagian yaitu : penduduk gurun pasir atau Badui dan penduduk kota. Sejarah penduduk Badui hampir tidak dikenal orang, yang dapat diketahui dari mereka hanyalah yang dimulai kira-kira seratus lima puluh tahun sebelum islam selebihnya tidak dapat diketahui secara pasti. Badui adalah kabilah-kabilah yang masih jauh dari peradaban, sekolah dan kemajuan. Tiap-tiap kabilah dipimpin oleh seorang syekh. Sejarah mengenai orang Badui sulit untuk diketahui karena mereka sangat suka berperang antara suku yang satu dengan suku yang lain. Peperangan dapat timbul dari keinginan memelihara hidup seperti perebutan wilayah yang berair atau yang memiliki padang-padang yang baik untuk mengembalakan binatang.
Selain orang Badui, terdapat pula orang kota atau penduduk kota. Penduduk kota tidak melakukan pengembaraan seperti orang Badui. Mereka memiliki tempat untuk menetap. Mereka mendirikan kota-kota dan kerajaan-kerajaan. Karena itulah kebudayaan mereka lebih tinggi dari orang Badui. Penduduk kota telah bercampur dengan penduduk dari bangsa lain seperti Zanji, Ibrani. Punisia dan lain-lain. Penduduk kota ini sangat mementingkan nasab atau catatan keturunannya. Mereka sangat mementingkan soal memelihara asal-usul keturunan mereka. Hal ini bertujuan untuk bermegah-megah dengan lawan mereka. Karena itu,orang-orang kota pada umumnya menghafal silsilah keturunannya, sampai sejauh-jauhnya. Kebudayaan orang kota yang lebih tinggi menyebabkan mereka dapat mendirikan kerajaan. Kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri pada masa ini antara lain: kerajaan Ma'in, Saba, Qutban, Himyar, Hirah, dan Ghassan.
Kehidupan bangsa Arab sebelum datangnya islam dapat dilihat dari berbagai aspek seperti :
1.      Sistem politik dan pemerintahannya.
Bangsa Arab sebelum Islam tidak pernah dijajah oleh bangsa asing dan tidak pernah tercipta kesatuan politik di Jazirah Arab. Saat itu masyarakat Arab lebih suka hidup berkabilah-kabilah yang dipimpin oleh seorang Syaikh yaitu seseorang yang dianggap tertua dan berani di antara kabilah tersebut. Oleh karena itu, tidak ada solidaritas sosial yang menyeluruh bagi semua suku Arab, bahkan hubungan kerjasama antar suku hanya didasari atas kepentingan bersama. Tanpa adanya kepentingan bersama, sukar tercipta hubungan kerja sama antar suku atau antar kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di jazirah Arab tersebut, seperti kerajaan Ma’in, Himyar, Saba’ serta kerajaan Hirrah, Ghassan, dll. Saat itu Kota Mekkah dipimpin oleh suku Quraisy yang berasal dari keturunan Qusai bin Kilab. Semenjak kepemimpinannya, pemerintahan Kota Makkah berjalan dengan baik, sedangkan pada masa Abd Al Dar, mulai timbul perselisihan antara anak Abd al Dar dengan anak Abd al Manaf yang merupakan saudaranya sendiri. Perselisihan itu terjadi karena memperebutkan pengaruh dan kekuasaan atas Kota Mekkah. Perselisihan itu berlanjut sampai kelahiran Nabi Muhammad SAW.
2.      Sistem sosial
Masyarakat Arab pra Islam adalah masyarakat foedal dan sudah mengenal sistem perbudakan, dan sistem kekerabatannya adalah  Patrilineal yaitu sistem kekerabatan berdasarkan garis keturunan bapak. Wanita pada masa itu sangat tidak dihargai dan kurang mendapatkan tempat yang layak dalam, masyarakat, sehingga tidak jarang jika mereka melahirkan anak perempuan, mereka merasa malu, bahkan mau menguburkan anak perempuan itu hidup-hidup. Hal itu disebabkan karena akhlak masyarakatnya yang sangat merosot. Dan di sana juga berlaku hukum rimba, siapa yang perkasa itulah yang berkuasa, siapa yang miskin akan dihisap oleh orang kaya. Fase kehidupan bangsa Arab tanpa bimbingan wahyu Ilahi dan hidayah sangatlah panjang. Oleh sebab itu, di antara mereka banyak ditemukan tradisi yang sangat buruk, yang di sebut masa itu adalah masa jahiliyah yang jauh dari kebaikan dan sering melakukan tradisi-tradisi yang buruk. Di antara tradisi buruk itu adalah :
a.    Perjudian. Ini merupakan kebiasaan penduduk di daerah perkotaan di Jazirah Arab, seperti Mekkah, Thaif, Shan’a, Hijr, Yatsrib, dan Dumat al Jandal.
b.    Minum arak dan berfoya-foya. Meminum arak ini menjadi tradisi di kalangan saudagar, orang-orang kaya, para pembesar, penyair, dan sastrawan di daerah perkotaan.
c.    Nikah Istibdha’, yaitu jika istri telah suci dari haidnya, sang suami mencarikan untuknya lelaki dari kalangan terkemuka, keturunan baik, dan berkedudukan tinggi untuk menggaulinya.
d.   Mengubur anak perempuan hidup-hidup jika seorang suami mengetahui bahwa anak yang lahir adalah perempuan. Karena mereka takut terkena aib karena memiliki anak perempuan.
e.    Membunuh anak-anak, jika kemiskinan dan kelaparan mendera mereka, atau bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan mereka alami.
f.     Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita terbiasa bersolek dan keluar rumah sambil menampakkan kecantikannya, lalu berjalan di tengah kaum lelaki dengan berlengak-lenggok, agar orang-orang memujinya.
g.    Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik, atau sebaliknya, lalu melakukan hubungan seksual secara terselubung.
h.    Prostitusi. Memasang tanda atau bendera merah di pintu rumah seorang wanita menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur.
i.      Fanatisme kabilah atau kaum.
j.      Berperang dan saling bermusuhan untuk merampas dan menjarah harta benda dari kaum lainnya. Kabilah yang kuat akan menguasai kabilah yang lemah untuk merampas harta benda mereka.
k.    Orang-orang yang merdeka lebih memilih berdagang, menunggang kuda, berperang, bersyair, dan saling menyombongkan keturunan dan harta. Sedang budak-budak mereka diperintah untuk bekerja yang lebih keras dan sulit.
3.      Sistem perekonomian
Perekonomian bangsa Arab secara umum tidak bermakna apa-apa, kecuali negeri-negeri yang ada di daerah Yaman. Yaman adalah negeri yang subur, khususnya di sekitar bendungan Ma’rib, di mana pertanian maju secara pesat dan menakjubkan. Di masa itu juga telah berkembang industri, seperti industri kain katun dan persenjataan berupa pedang, tombak, dan baju besi. Akan tetapi, mereka tidak bersyukur dan justru berpaling dari ketaatan kepada Allah. Karena kekufuran itu, Allah pun menghancurkan bendungan Ma’rib itu.
Sementara itu, mayoritas kabilah Adnan tinggal di tengah gurun pasir dengan rumput yang sedikit untuk mengembala domba. Mereka hidup dari susu dan dagingnya. Sedangkan kaum Quraisy yang tinggal di tanah suci mengandalkan perekonomiannya dari berdagang. Pada musim dingin, mereka berduyun-duyun ke Yaman untuk berdagang. Dan ketika musim panas, mereka memilih Syam sebagai tujuan perdagangannya. Orang-orang Quraisy ini hidup dalam kemakmuran, berbeda dengan kabilah-kabilah lainnya yang rata-rata hidup susah dan menderita.


4.      Agama dan kepercayaannya
Menurut Thaib Thahir Abdul Mu’in, hakikat ibadah pendudukan Arab Jahiliyah adalah hasil dari salah satu dua perasaan, yaitu:
a.       Perasaan manusia yang merasa bahwa ada kekuatan tersembunyi, yang tidak dapat dikenal dan diketahui oleh manusia. Kekuatan itu yang menyebabkan bergerak dan berlakunya alam semesta ini dengan teratur dan harmonis. Perasaan ini tertanam dalam jiwa manusia.
  1. Perasaan yang salah terhadap sesuatu, karena hanya berdasarkan kepada pancaindera saja, seperti perasaan terhadap salah satu kekuatan yang ada di alam ini. Misalnya, perasaan orang Mesir kuno yang menganggap keistimewaan itu pada sapi, matahari, sungai Nil, dan sebagainya. Perasaan inilah yang mendorong manusia ke arah kepercayaan yang salah. Tetapi meskipun salah, perasaan itu sangat membekas di dalam kehidupan masyarakat ketika itu. Bahkan bekas-bekas itu hingga kini masih terlihat di kalangan umat yang terbelakang.
Bangsa Arab umumnya mempunyai kedua perasaan tersebut. Perasaan yang pertamalah yang mendorong bangsa Arab mengabdi kepada Allah dan mengakui jualah yang menjadikan langit dan bumi, memberikan rezeki, dan sebagainya. Sedangkan perasaan kedua yang mendorong mereka menyembah berhala, karena awalnya mereka mengganggap bahwa berhala adalah alat penghubung menyembah dan mendekatkan diri kepada Allah. Namun pada akhirnya mereka meyakini bahwa dalam berhala-berhala itu memiliki kekuatan sendiri.
       Bangsa Arab adalah salah satu dari bangsa yang telah mendapatkan petunjuk. Pada awalnya mereka menganut agama yang dibawa oleh nabi Ibrahim as, tetapi setelah mengikuti agama yang dibawa oleh nabi Ibrahim ,mereka kembali lagi menyembah berhala. Berhala-berhala itu mereka buat dari batu dan diletakkan di Ka'bah.Dengan demikian bercampurlah agama yang dibawa oleh nabi Ibrahim dengan kepercayaan watsani. Adapun di antara berhala-berhala yang terpenting yang disembah oleh bangsa Arab adalah Hubal. Hubal ini berbentuk manusia dan mereka anggap sebagai dewa terbesar. Hubal ini terbuat dari batu akik berwarna merah dan diletakkan di Ka'bah. Selain Hubal ada lagi berhala lain yang disembah oleh bangsa Arab yaitu : Al-Lata yang berada di Thaif. Al-Lata ini menurut Tsaqif (penduduk Thaif) adalah berhala yang paling tua. Al-Uza yang berada di Hejaz (dimuliakan oleh orang Ghathfaan) dan Manah yang berada di kota Madinah dan dimuliakan oleh penduduk Yatsrib, tetapi tidak semua bangsa Arab menyembah berhala. Ada juga yang menyembah matahari dan bulan, menyembah bintang, menyembah api, menganut agama kitab seperti Yahudi dan Nasrani, bahkan ada pula yang Zindiq (tidak suka terikat oleh agama).
Di samping pemujaan terhadap berhala, agama ketuhanan pun telah pernah memasuki Arab. Agama tersebut adalah agama Yahudi dan Nasrani.Agama Yahudi masuk ke Jazirah Arab dari Yaman. Agama ini berkembang di Yatsrib,Khaibar,Wadil Qura dan lain-lain. Agama Nasrani masuk ke Jazirah Arab melalui Irak dan Romawi. Tetapi agama Yahudi dan Nasrani tidak terlalu tersiar di Arab dikarenakan agama Yahudi menurut bangsa Yahudi adalah suatu agama dari suatu bangsa pilihan, sehingga orang Arab yang menganut agama ini tidaklah sama derajadnya dengan seorang Yahudi, sedangkan Agama Nasrani dipenuhi oleh kepercayaan-kepercayaan yang ruwet yang sukar di terima oleh bangsa Arab. Akibatnya sering terjadi perselisihan antara penganutnya dan banyak dari mereka yang kemudian berpaling.
5.      Kebudayaannya
Bangsa Arab pada masa pra-Islam menyukai syair-syair yang diucapkan oleh para penyair. Karena Syair adalah salah satu seni yang paling indah yang amat dihargai oleh bangsa Arab. Mereka amat gemar mendengarkan penyair melantunkan syair-syair mereka. Ada beberapa tempat penyair-penyair berkumpul, seperti pasar Ukaz,Majinnah,dan Zul Majaz. Di pasar tersebut penyair-penyair memperdengarkan syairnya yang telah disiapkan dengan dikelilingi oleh warga sukunya yang memuji dan merasa bangga dengan mereka.
Seorang penyair mempunyai kedudukan yang amat tinggi dalam masyarakat Arab. Karena penyair membela dan mempertahankan kabilah dengan syair-syairnya. Di samping itu penyair dapat mengabadikan peristiwa-peristiwa dengan syairnya. Dan apabila ada kabilah yang mengina atau merendahkan kabilanya, maka penyairlah yang akan membalas dan menolak hinaan tersebut. Bangsa Arab juga mengenal pepatah atau perumpamaan yang biasanya lebih mudah untuk di hafal. Syair-syair mereka biasanya berisi tentang cinta, wanita, khamar, kemegahan suku dan sebagainya. Adapun penyair yang terkenal pada masa itu adalah Amrul Qais, Qis bin Sa’adah, Umaiyah bin Abi Shalt, dan lain-lain.
6.      Ilmu pengetahuan dan teknologi
Di kalangan Bangsa Arab sebelum Islam berkembang beberapa ilmu, yaitu ilmu Nujum dan ilmu Falaq. Ilmu Falaq berguna untuk menentukan cuaca. Ilmu arsitek atau bangunan hanya berkembang umumnya di Yaman. Di sini terdapat kerajaan Saba’ yang memiliki bendungan Sadd al-Ma’arib yang merupakan peninggalan kerajaan Saba’ yang menunjukkan kemajuan seni bangunan pada masa itu. Bendungan ini dibangun pada abad ke-7 SM.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA SERAPAN DAN TANDA BACA

Pendekatan Pemecahan Masalah

PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK