PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK
id_ttk@yahoo.com
PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK
Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yag berkaitan menentukan keberhasilan mereka disekolah. Guru sebagai tenaga kependidikan yang bertangung jawab melaksanakan interaksi edukasi didalam kelas, perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif peserta didik. Dengan bkal pemahaman tersebut, guru akan dapat memberikan. Layanan pendidikan atau melaksanakan proses pembelajaran yan sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik yang dihadapinya.
Perkembangan pikirannya dapat dibedakan dengan dua bentuk yaitu :
a. perkembangan formal
yaitu perkembangan fungsi-fungsi fikir atau alat-alat fikir anak untuk dapat menyerap, menimbang, memutuskan, menguraikan, dan lain-lain. Contoh, perkembangan sistematika berfikir, teknik pengambilan keputusan dan lain-lain.
yaitu perkembangan fungsi-fungsi fikir atau alat-alat fikir anak untuk dapat menyerap, menimbang, memutuskan, menguraikan, dan lain-lain. Contoh, perkembangan sistematika berfikir, teknik pengambilan keputusan dan lain-lain.
b. perkembangan material
yaitu perkembangan jumlah pengetahuan pikir (knowledge) oleh seseorang untuk dapat memiliki dan dikuasainya contoh, penguasaan tentang angka-angka, pendapat-pendapat, teori-teori dan sebagainya.
yaitu perkembangan jumlah pengetahuan pikir (knowledge) oleh seseorang untuk dapat memiliki dan dikuasainya contoh, penguasaan tentang angka-angka, pendapat-pendapat, teori-teori dan sebagainya.
Secara keseluruhan perkembangan pikiran dapat diartikan sejalan dengan proses perkembangan pengamatan dan tangapan anak, maka perkembangan pikiranpun dapat dikotegorikan dengan dua tahap :
1. Berpikir dengan kongkret ( dengan objek realis ) sehingga proses berpikir anak harus dirangsang atau di tuntun dengan benda peraga.
2. Berepikir secara simbolis atau sistematis yaitu anak berpikir dengan mengunakan simbol-simbol ( tanda-tanda) maka di sini sudah kenal huruf, angka, skema, simbol-simbol tertentu, dan sebagainya.
Pengertian Perkembangan Kognitif
Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dialami sebagai kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks secara kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Psikologi pembelajaran kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikoloig kognitif memandang beljar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.
Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan (discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan memberikan informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip yang telah dimiliki, kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru diperoleh.Agar siswa mampu melakukan kegiatan belajar, maka ia harus melibatkan diri secara aktif
1. Teori Perkembangan Piaget
Ada empat tahap yang mengiringi perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu:
1) Sensori motor (usia 0 - 2 tahun)
2) Pra operasional (usia 2 – 7 tahun)
3) Operasional kongkrit (usia 7 – 11 tahun)
4) Operasi formal (usia 11 tahun hingga dewasa),
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengaja dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif seseorang menjadi empat tahap yaitu :
a. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Ciri-ciri
- Pertumbuhan kemampuan anak dilihat dari kegiatan motorik dan persepsinya.
- Dilakukan langkah demi langkah
- Melihat dirinya berbeda dari orang di sekitarnya
- Lebih banyak memakai indra pendengaran dan penglihatan
- Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
b.Tahap Praoperasional (umur 2-7 tahun)
Ciri-ciri :
- Telah mampu menggunakan penglihatannya dengan baik ditandai dengan mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
- Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda namun mampu mengurutkan barang sesuai dengan kriteria.
- Mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
- Memperoleh prinsip-prinsip secara benar
c. Tahap Operasional Konkret (umur 7 -11 tahun)
Ciri-Ciri :
Ciri-Ciri :
- Sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.
- Telah memiliki kecakapan berfikir logis namun hanya benda-benda yang bersifat konkret.
- Mampu melakukan pengklasifikasian namun masih tetap berfikir abstrak.
d. Tahap Operasional Formal (umur 11 hingga dewasa )
Ciri-ciri :
Ciri-ciri :
- Mampu berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola piker “kemungkinan”.
- Bekerja secara sistematis dan efektif.
- Menganalisis secara kombinasi
2. Teori Belajar Menurut Bruner
Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah:
1. tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
2. tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain,
3. evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan . Perlu diketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu:
1. mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan,
2. kesiapan (readiness) siswa untuk belajar,
3. nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi,
4. motivasi atau keinginan untuk belajar.siswa, dan curu untuk memotivasinya.
Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat mengatasi permasalahannya, asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga pertanyaan, yaitu:
Berdasarkan uraian di atas teori belajar Bruner, dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.
Berdasarkan uraian di atas teori belajar Bruner, dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.
3. Teori Bermakna Ausubel
David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Hudoyo, H (1990:54) menyatakan bahwa Ausubel menggunakan istilah “pengatur lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain.
Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa.. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis akan diperoleh hasil belajar yang baik pula.
Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu
1. belajar dengan penemuan yang bermakna,
2. belajar dengan ceramah yang bermakna,
3. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna,
4. belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan dengan mermakna, karena belajar dengan menghafal peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna. Dalam kegiatan belajar terdapat empat kemungkinan tipe belajar, yaitu
- belajar dengan penemuan yang bermakna,
- belajar dengan ceramah yang bermakna,
- Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna,
- belajar dengan ceramah yang tidak bermakna
Perkembangan Kognitif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Secara ringkas, Piaget berteori bahwa selama perkembangannya, manusia mengalami perubahan-perubahan dalam struktur berfikir, yaitu semakin terorganisasi, dan suatu struktur berpikir yang dicapai selalu dibangun pada struktur dari tahap sebelumnya. Perkembangan yang terjadi melalui tahap-tahap tersebut disebabkan oleh empat faktor: kematangan fisik, pengalaman dengan objek-objek fisik, pengalaman sosial, dan ekuilibrasi.
Pengalaman membawa kemajuan kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi dan amomodasi membantu anak-anak beradaptasi terhadap lingkungannya karena melalui proses-proses tersebut pemahaman mereka mengenai dunia semakin dalam dan luas. Dengan demikian, jelas bahwa Piaget memandang anak-anak sebagai organisme aktif dan self-regulating yang berubah melalui interaksi antara pembawaan lahir (innate) dengan faktor-faktor lingkungan (Hetherington & Parke, 1986; Seifert & Hoffnung, 1987; Papalia & Olds, 1988; Miller, 1993).
Tahapan perkembangan
Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi.
· Kontinuitas dan diskontinuitas
Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.
Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu
PENUTUP
KESIMPULAN
Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemampuan berpikir atau intelektual.periode ini adalah tahap dimana kemampuan berpikir manusia mengalami peningkatan yang cukup signifikan terutama oada awal kelahiran, sejalan dengan otak perkembangan biologis.
SARAN
Dari makalah yang telah penulis buat ini mudah-mudahan kita semua dapat memperbaiki kesalahan-kesalan kita dalam penggunaan diksi, khususnya bagi penulis sendiri.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis berharap kepada pembaca agar dapat menyampaikan kritik dan sarannya demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, irwan. 2003. anakku penyejuk hatiku. Pustakatar biatuna ; bekasi.
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Teori perkembangan kognitif
Komentar
Posting Komentar