PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME



A.                Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan akan tersusun dan terbangun dalam pikiran siswa sendiri ketika ia berusaha mengorganisasikan pengalaman barunya berdasarkan pada kerangka kognitif yang sudah ada pada pikirannya. Dengan demikian pengetahuan tidak dapat dipindahkan degan begitu saja dari otak seseorang guru keotak siswanya. Setiap sisiwa harus membangun pengetahuan didalam otaknya sediri-sendiri.
Pendekatan konstruktivisme adalah suatu pendekatan dalam proses dalam pembelajaran dimana siswa aktif dalam mencari pengetahuannya. Pendekatan konstruktivisme secara radikal berbeda dengan pendekatan tradisional dimana guru adalah seseorang yang selalu mengikuti jawabanya.
Didalam kelas kostruktivisme para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada pada diri mereka. Mereka berbagi strategi, dan penyelesaiannya dengan debat antara satu dengan yang lainnya, berfikir secara kritis tenteng cara terbaik untuk menyelesaikan  suatu masalah.
Beberapa konsep umum pada pendekatan konstruktivisme, diataranya:
a.       Pelajar aktif membina pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah ada.
b.      Dalam satu konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
c.       Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai kaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
d.      Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran baru.
e.       Ketidak seimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama.
f.       Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.[1]
Dengan berdasarkan kepada paham konstruktivisme-nya Piaget, Kamii (1989,1994) telah mendemonstrasikan bagaimana siswa-siswa sekolah dasar dapat menemukan prosedur sendiri dalam memecahkan soal-soal multidigit dalam bilangan cacah. Jadi dari penemuan ini berarti bahwa ketika para siswa tidak diajari algoritma seperti membawa dan meminjam pengetahuan mereka tentang bilangan dan nilai tempat jauh lebih unggul daripada siswa yang diajari atoran algoritma tersebut.
Werrington dan Kamii memperluas kerja ini pada kelas 5 dan 6 sekolah dasar dan menjelaskan suatu pendekatan pembelajaran pembagian dengan menggunakan pecahan tanpa mengajarkan  algoritma tentang mengali dan membagi. Didalam kelas ini guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika siswa memberikan jawaban, guru tidak lansung membenarkan atau menyalahkan jawaban siswa tersebut, tapi ia mendorong siswa untuk saling bertukar pikiran atau ide sampai persetujuan tercapai.[2]   
B.     Ciri-ciri Pendekatan Konstruktivisme
Adapun ciri-ciri pendekatan konstruktivisme diantaranya adalah:
a.       Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan lansung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai denga pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
b.      Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada, harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada pada diri siswa.
c.       Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
d.      Peranan guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.

C.    Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika
Belajar matematika bukanlah suatu proses pengepakan pengetahuan secara hati-hati, melainkan tentang mengorganisir aktivitas, dimana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas termasuk aktivitas dan berfikir konteptual (cobb,1991)
Hakikat pembelajaran matematika menurut teori belajar konstruktivisme
Menurut teori belajar konstruktivisme siswa harus aktif belajar secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.
Dengan kata lain siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal diatas, Tasker (1992:3) mengemukakan 3 penekanan dalam teori belajar konstruktivisme yaitu:
1.      Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi penegtahuan secara bermakna.
2.      Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.
3.      Mengaitkan antara gagasan denga informasi baru yang diterima.
Wheatley (1991:12) mendukung pendapat diatas dengan mengajukan 2 prinsip utama pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme, yaitu:
a.       Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa.
b.      Fungsi kognitif bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian diatas menekankan bagaimana pentingya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkostruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya.
Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990:4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar metematika tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996:3) menemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika yaitu:
1.      Siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
2.      Matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
3.      Strategi siswa lebih bernilai.
4.      Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya meng implementasikan teori belajar konstruktivisme Tytler (1996:20) mengajukan  beberapa sara yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran , sebagai berikut:
a.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
b.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
c.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
d.      Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.
e.       Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan mereka.
f.       Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Beberapa ahli konstruktivisme telah menguraikan indikator belajar mengajar berdasarkan konstruktifisme. Confrey (1991) menyatakan:
……Sebagai seorang konstruktivis ketika saya mengajarkan matematika, saya tidak mengajarkan siswa tentang struktur matematika yang objeknya ada didunia ini. Saya mengajarkan mereka, bagaimana mengembangkan kognisi mereka, bagaimana melihat dunia melalui sekumpulan lensa kuantitatif yang saya rasa percaya akan menyediakan suatu cara yang powerful untuk memahami dunia, bagaimana merefleksikan lensa-lensa itu untuk menciptakan lensa-lensa yang lebih kuat, da bagaimana mengapresiasikan peranan dari lensa dalam memainkan pengembangan kultur mereka.
 Saya mencoba untuk mengajarkan mereka untuk mengembangkan mereka untuk mengembangkan satu alat yang intelektual yaitu matematika.”
Hal ini mencerminkan bahwa matematika hanyalah segala alat untuk berfikir, fokus utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk berfikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli sebelumnya.[3]



DAFTAR PUSTAKA
·                                                               http://wikipedia.org
·   Suherman,erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :Jica




[1] “http://wikipedia.org”
[2] Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Jica, 2003) h.74
[3] Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Jica, 2003) h. 77

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA SERAPAN DAN TANDA BACA

Pendekatan Pemecahan Masalah

PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK