Kecerdasan spiritual (SQ)



Perkembangan terakhir IQ tidak lagi digunakan sebagai acuan paling mendasar dalam menentukan keberhasilan manusia. Karena membuat sempit paradigma tentang keberhasilan, dan juga pemusatan pada konsep ini sebagai satu satunya penentu keberhasilan individu dirasa kurang memuaskan.  Karena masih  banyak kegagalan yang dialami oleh individu yang ber IQ tinggi.
Agar kesuksesan bisa diraih kita harus menyeimbangkan antara IQ, SQ, dan EQ. jika ketiga kecerdasan itu telah seimbang, Maka kesuksesan akan mudah kita raih.
Untuk hal itu, kita sebagai tenaga pendidik yang nantinya akan membimbing siswa. kita harus mengembangkan ketiga kecerdasan ini pada siswa. agar siswa kita tak hanya pintar dalam intelegensi, tapi juga pintar dalam mengatur emosi dan juga mampu meletakkan posisinya sebagai makhluk yang  yang bertuhan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN
Secara etimologi  spiritual mempunyai dasar kata spirit. Spirit berasal dari bahasa latin "spritus", yang berarti "roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa hidup." Secara psikologik, spirit diartikan sebagai soul (ruh).
Dilihat dari bentuknya, sprit menurut Hegel mempunyai tiga tipe, yaitu:
·         Subyektif, berkaitan dengan kesadaran, pikiran, memori,  dan kehendak individu sebagai akibat pengabstrakan diri dalam relasi sosial. Contohnya, keadaran individu untuk mengeluarkan sebagian hartanya untuk disedekahkan. Jadi manusia ini melakukan sedekah yang merupakan kesadarannya sendiri, karena akibat dari pengabstrakan diri dalam relasi sosialnya.
·         Obyektif, berkaitan dengan konsep fundamental kebenaran, baik dalam bentuk legal  maupun moral. Contohnya seseorang yang bertindak berdasarkan pemikirannya, apakah yang dilakukan ini bermanfaat atau tidak, apakah yang dia lakukan itu benar atau tidak.
·         Absolute, merupakan tingkat tertinggi spirit, adalah sebagai bagian dari nilai seni, agama, dan filsafat.
Dalam catatan sejarah, tradisi keagamaan adalah sumber ajaran spiritual, yang sangat mempengaruhi pola kehidupan umatnya. Masing-masing agama memiliki ajaran spiritual yang berbeda. Ajaran spiritual ini terdapat beberapa tipe. The Encyclopedia of Religion tiga tipe ajaran spiritual, yaitu:
·         Spiritual heteronomy, dalam corak spiritual ini, pencari atau pengamal spiritual cenderung menerima, memahami, meyakini dan mengamalkan acuan spiritual yang bersumber dari otoritas luar. Jadi pada intinya penganut tipe ini mereka bersikap mentaati dan menerima makna tanpa merasionalisasi makna ajarannya.
·         Spiritual otonom,  bentuk spritualitas yang bersumber dari  refleksi diri sendiri. Dimana nilai spiritual ini dihasilkan oleh proses refleksi  terhadap kemahabesaran Tuhan dan ciptaannya.
·         Spiritual interaktif, proses spiritual yang terbentuk akibat dari proses interaksi diri sendiri dan lingkungannya.
Spiritual itu adalah jalan untuk menuju kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual ini erat hubungannya dengan agama. Jika kita tidak punya pengetahuan agama sedikitpun, maka itu akan berpengaruh kapada tingkah laku kia. Kerana agama juga mengatur tingkah laku kita. Apa yang seharusnya kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan smua itu diatur dalam agama.
 Menurut Munandir (2001 : 122) kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran .Sementara itu Mimi Doe & Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki.
Zohar dan Marshal mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari pada yang lain.
Menurut Tony Buzan kecerdasan spiritual adalah yang berkaitan dengan menjadi bagian dari rancangan segala sesuatu yang lebih besar, meliputi “melihat suatu gambaran secara menyeluruh”.
Stephen R. Covey adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas.
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang dalam memaknai hidupnya. Dan mampu menempatkan dirinya dalam konteks makna yang luas dan dia mampu menilai bahwa jalan hidupnya bernilai disbanding yang lain dan mampu menilai apakah tindakannya itu benar atau salah.
SQ adalah fasilitas yang berkembang selama jutaan tahun yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan. Utamanya persoalan yang menyangkut masalah eksistensial, yaitu saat seseorang secara pribadi terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan. Dengan dimilikinya SQ seseorang mampu mengatasi masalah hidupnya dan berdamai dengan masalah tersebut. SQ memberi sesuatu rasa yang "dalam" pada diri seseorang menyangkut perjuangan hidup.
Otak SQ cara kerjanya berfikir unitif. Yaitu kemampuan untuk menangkap seluruh konteks yang mengaitkan antar unsur yang terlibat. Kemampuan untuk menangkap suatu situasi dan melakukan reaksi terhadapnya, menciptakan pola dan aturan baru.
Kemampuan ini
merupakan ciri utama kesadaran, yaitu kemampuan untuk mengalami dan menggunakan pengalaman tentang makna dan nilai yang lebih tinggi.
Kecerdasan spiritual mampu mengoptimalkan kerja kecerdasan yang lain. Individu yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi, mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang ia peroleh, dari sana ketenangan hati akan muncul. Jika hati telah tenang (EQ) akan memberi sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi para simpatis. Bila ia telah tenang karena aliran darah telah teratur maka individu akan dapat berfikir secara optimal (IQ), sehingga ia lebih tepat dalam mengambil keputusan.
SQ merupakan salah satu dari jenis-jenis intelegensi yang harus dimiliki oleh seorang anak atau siswa. meskipun kita mempunyai kecerdasan intelektual yang memadai, tetapi ada awan hitam yang menyelubung sehingga kita tidak mendapat terpaan cahaya. Dan hal itu bisa kita atasi dengan kecerdasan spiritual yang kita miliki dan yang harus selalu kita tingkatkan. Sehingga dapat kita ambil kesimpulan bahwa IQ yang dimilki oleh umt manusia harus diimbangi dengan EQ dan SQ.
B.     CIRI-CIRI KECERDASAN SQ
Mahayana menyebutkan beberapa ciri orang yang mempunyai kecerdasan spritual yang tinggi:
1.      Memiliki prinsip dan visi yang kuat
Prinsip itu adalah hal yang harus ada. Tidak boleh tidak. Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi dia akan mempunyai prinsip tertentu dalam hidupnya, agar hidupnya bermakna dan bermanfaat. Semakin banyak kita tahu mengenai prinsip yang benar semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana.
Disamping memiliki prinsip, orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik dia akan mempunyai visi atau tujuan dari hidupnya. Agar dia tidak hidup seenaknya tanpa ada tujuan apapun. Sehingga dia beranggapan bahwa hidupnya ini mempunyai makna dan hidup yang dijalaninya tidak sia-sia.
2.      Kesatuan dan keragaman
Orang yang mempunyai tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi dia memandang manusia itu sama. Dia memandang bahwa keberagaman itu yang membuat kita menjadi satu. Tony Buzan mengatakan bahwa “kecerdasan spiritual meliputi melihat gambaran yang menyeluruh, ia termotivasi oleh nilai pribadi yang mencangkup usaha menjangkau sesuatu selain kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat”.
3.      Memaknai
 Seorang yang memiliki SQ tinggi akan mampu memaknai atau menemukan makna terdalam dari segala sisi kehidupan, baik karunia Tuhan yang berupa kenikmatan atau ujian.
Mengenai hal ini Covey meneguhkan tentang pemaknaan dan respon kita terhadap hidup. Ia mengatakan ”cobalah untuk mengajukan pertanyaan terhadap diri sendiri: Apa yang dituntut situasi hidup saya saat ini; yang yang harus saya lakukan dalam tanggung jawab saya, tugas-tugas saya saai ini; langkah bijaksana yang akan saya ambil?”. Jika kita hidup dengan menjalani hati nurani kita yang berbisik mengenai jawaban atas pertanyaan kita diatas maka, “ruang antara stimulus dan respon menjadi semakin besardan nurani akan makin terdengar jelas”.
4.      Kesulitan dan penderitaan
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik, dia akan mampu bertahan dalam kesulitan dan penderitaan yang sedang dia alami. Dan dia akan mampu untuk mengatasi kesulitan itu.
Menurut Zohar, kecerdasan spiritual itu adalah kemampuan seseorang dalam memaknai hidupnya. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah:
a.       . Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
b.       Tingkat kesadaran yang tinggi
c.       Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
d.      Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
e.        Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
f.        Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
g.       Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
h.       Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa?” atau “bagaimana jika?” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
i.        Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “bidang mandiri” yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.
Anak yang cerdas  secara spiritual tidak akan memecahkan persoalan dengan cara rasional dan emosi saja, tapi dia menghubungkan  dengan makna kehidupan secara spiritual. Ia merujuk pada warisan spiritual yaitu Al- Qur’an dan Sunnah.
DR jalaluddin Rakhmatmenyebutkan bahwa ciri orang yang cerdas spiritual itu di antaranya adalah senang berbuat baik, senang menolong orang lain, telah menemukan tujuan hidupnya, jadi merasa memikul sebuah misi yang mulia kemudian merasa terhubung dengan sumber kekuatan di alam semesta (Tuhan atau apapun yang diyakini,
C.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SQ
Kecerdasan spiritual ini harus kita tanamkan pada anak. Karena kita tahu bahwa kesuksesan itu tak hanya dipengaruhi oleh IQ dan EQ saja. Tapi SQ juga berpengaruh besar dalam kesuksesan anak.
Intelegensi spiritual dapat diibaratkan sebagai permata yang tersimpan dalam batu. Allah senantiasa mencahayai permata itu seperti yang diungkapkan dalam al quran surat An-Nur ayat 35, baik melalui wahyu yang diturunkanNya, baik bersifat tekstual(Al-kitab) maupun alam semesta itu sendiri. Tetapi bagaimanakah memberdayakan permata itu sangat bergantung pada apakah kita menggosoknya hingga brcahaya atau malah kita tumpuk dengan sampah.
Factor- factor yang mempengauhi kecerdasan spiritual  menurut Sinetar yaitu intuitif. Yaitu kejujuran, keadilan, kesamaan perlakuan terhadap semua orang, memunyai factor yang mendorong kecerdasan spiritual.
Menurut Ary Ginanjar Agustian adalah inner value yang berasal dari dalam diri(suara hati) seperti transparency(keterbukaan), responsibilities(tanggung jawab), accountabilities(kepercayaan), fairness(keadilan, dan social wereness(kepedulian sosial). Factor yang kedua adalah drive, yaitu dorongan atau usaha untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan.
Zohar dan Marshall mengungkapkan ada beberapa factor yang mempengaruhi kecerdasan spitual, yaitu:

·         Sel saraf otak
Otak menjadi jembatan antara kehidupan batin dan lahiriah kita. Menurut penelitian yang dlakukan pada era 1990-an membuktikan bahwa osilasi sel saraf otak pada rentang 40 Hz merupakan basis bagi kecerdasan spiritual.
·         Titik Tuhan
Dalam penelitian Rama Chandra menemukan adanya bagian dalam otak, yaitu lobus temporal yang meningkat ketika pengalaman religious atau spiritual berlangsung. Dia menyebutnya sebagai titik Tuhan atau God Spot. Tapi titik tuhan ini bukan syarat mutlak dari kecerdasan spiritual. Melainkan butuh integrasi antara seluruh bagian otak, seluruh aspek dari dan seluruh segi kehidupan.
Jadi dapat kta simpulkan bahwa Factor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual tak hanya dari dalam diri individu saja tapi juga dari luar. Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa factor-faktor yng mempengaruhi kecerdasan spiritual  adalah:
·         Factor internal
Spiritual itu adalah jiwa atau ruh. Jadi pribadi sendiri akan mempengaruhi kecerdasan spiritual itu sendiri. Karena jika dalam diri kita tak ada sidikitpun  ruh yang ingin memaknai sebenarnya apa hidup itu, maka kecerdasan spiritual itu akan sulit untuk ada. Meskipun lingkungan mendukung.

·         Factor eksternal
a.       Lingkungan keluarga.
Keluarga adalah madrasah pertama bagi anak. Untuk itu segala kecerdasan bermula dan dipengaruhi oleh keluarga. Begitu juga dengan kecerdasan spiritual anak. Keluarga berpengaruh besar dalam membentuk kecerdasan spiritual anak.
b.      Lingkungan sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga formal yang juga mempengaruhi kecerdasan spiritual anak. Karena disekolah ini anak banyak memperoleh pengetahuan. Tak hanya pengetahuan tapi juga nilai. Jika guru memberi nilai  kehiduan yang baik, maka itu akan membuat kecerdasan spiritual anak akan baik. Sehingga anak mampu memaknai hidupnya dengan baik.
Disampng itu semua pihak sekolah bekerja sama dalam memberikan pengetahuan yang mampu meningkatkan kecerdasan anak.
c.       Lingkungan  masyarakat
Lingkungan masyarakat akan mempengaruhi terhadap kecerdasan spiritual anak. Karena anak disamping tinggal dilingkungan keluarga, anak juga hidup dalam masyarakat. Jika masyarakat mempunyai budaya atau kebiasaan yang baik maka anak akan terbiasa juga untuk melakukan hal –hal yang baik. Sehingga secara tak langsung kecerdasan spiritual anak akan muncul dan berkembang. Contohnya masyarakat yang selalu melakanakan kewajiban agama, masyarakat yang selal menjaga hubungan baik dengan orang-orang yang berada disekitar mereka.

D.    CARA MENGEMBANGKAN  SQ
Sebagai calon pendidik dan sebagai calon orang tua kita harus tahu bagaimana caranya mengembangkan kecerdasan spiritual anak.
SQ berlandaskan pada kesadaran transcendent, bukan hanya sekedar pada tataran biologi dan psikologi. Sehingga pembentukan SQ juga harus melalui pendidikan agama.  Ary Ginanjar Agustian menganjurkan perlunya diupayakan empat langkah pokok , yaitu:
1.      Penjernihan emosi (Zero Mind Process); tahap ini merupakan titik tolak dari kecerdasan emosi, yaitu kembali pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari segala belenggu.
2.      Membangun mental (Mental Building); berkenaan dengan pembentukan alam berpikir dan emosi secara sistematis berdasarkan Rukun Iman. Pada bagian ini diharapkan akan tercipta format berpikir dan emosi berdasarkan kesadaran diri, serta sesuai dengan hati nurani terdalam dari diri manusia. Di sini akan terbentuk karakter manusia yang memiliki tingkat kecerdasan emosi-spiritual sesuai dengan fitrah manusia, yang mencakup enam prinsip:
a.        Star Principle (prinsip bintang); terkait dengan rasa aman, kepercayaan diri, intuisi, integritas, kebijaksanaan dan motivasi yang tinggi, yang dibangun dengan landasan iman kepada Allah SWT.
b.       Angel Principle (prinsip malaikat); yakni keteladanan malaikat, antara lain mencakup loyalitas, integritas, komitmen, kebiasaan memberi dan mengawali, suka menolong dan saling percaya.
c.        Leadership Principle (prinsip kepemimpinan);pemimpin sejati adalah seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain sehingga ia pun dicintai, memiliki integritas yang kuat sehingga dipercaya pengikutnya, selalu membimbing dan mengajarkan kepada pengikutnya, memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten, dan yang terpenting adalah memimpin berlandaskan atas suara hati yang fitrah.
d.       Learning Principle (prinsip pembelajaran); mencakup kebiasaan membaca buku, membaca situasi, kebiasaan berpikir kritis, kebiasaan mengevaluasi, menyempurnakan dan memiliki pedoman. Manusia diberi kelebihan akal untuk berpikir, dan firman Tuhan yang pertama adalah berupa perintah membaca (Iqra’).
e.        Vision Principle (prinsip masa depan); yakni selalu berorientasi pada tujuan akhir dalam setiap langkah yang ditempuh, setiap langkah tersebut dilakukan secara optimal dan sungguh-sungguh, memiliki kendali diri dan sosial dengan kesadaran akan adanya “Hari Kemudian,” memiliki kepastian akan masa depan dan memiliki ketenangan batin yang tinggi, yang tercipta oleh adanya keyakinan akan “Hari Pembalasan.”
f.        Well Organized Principle (prinsip keteraturan); selalu berorientasi pada manajemen yang teratur, disiplin, sistematis dan integratif.
3.      Ketangguhan pribadi (Personal Strength); merupakan langkah pengasahan hati yang telah terbentuk, yang dilakukan secara berurutan dan sangat sistematis berdasarkan Rukun Islam, yang terdiri atas:
a.        Mission Statement; penetapan misi melalui syahadat yakni membangun misi kehidupan, membulatkan tekad, membangun visi, menciptakan wawasan, transformasi visi, dan komitmen total.
b.       Character Building; pembangunan karakter melalui shalat, yang merupakan relaksasi, meningkatkan ESQ, membangun pengalaman positif, pembangkit dan penyeimbang energi batiniah dan pengasahan prinsip.
c.        Self Controlling; pengendalian diri melalui puasa guna meraih kemerdekaan sejati, memelihara fitrah, mengendalikan suasana hati, meningkatkan kecakapan emosi secara fisiologis, serta pengendalian prinsip.
4.      Ketangguhan sosial (Social Strength); merupakan suatu pembentukan dan pelatihan untuk melakukan aliansi, atau sinergi dengan orang lain, serta lingkungan sosialnya. Dimana hal ini dapat diwujudkan dengan sinergi melalui zakat dan aplikasi total melalui haji.
Disamping itu juga ada kiat-kiat lain dalam mengembangkan kecerdasan anak, yaitu:
a)      Jadilah kita gembala spritual yang baik
b)      Bantulah anak untuk merumuskan missi hidupnya
c)      Baca kitab suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita
d)     Ceritakan kisah-kiah agung dari tokoh spritual
e)      Diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniyah
f)       Libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan
g)      Bacakan puisi atau lagu yang spritual
h)      Bawa anak untuk menikmati keindahan alam
i)        Bawa anak ketemat orang yang menderita
j)        Ikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial
Kecerdasan spritual anak itu akan meningkat jka kita sebagai pendidik atau orang tua selalu mengasah kecerdasan anak itu.



A.    KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa SQ juga berpengaruh pada kesksesan siswa. SQ itu adalah kemampuan seseorang dalam memaknai hidupnya. Dan mampu menempatkan dirinya dalam konteks makna yang luas dan dia mampu menilai bahwa jalan hidupnya bernilai disbanding yang lain dan mampu menilai apakah tindakannya itu benar atau salah.
SQ pada anak harus kita tingkatkan dan kita kembangkan. Dengan hal-hal yang dapat meningkatkan kecerdasan spiritual anak. Agar kecerdasan spiritual anak meningkat maka kia sebagai pendidik harusnya kita banyak mencontohkan sikap yang mampu meningkatkan kecerdasan spiritual anak.
Anak yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik memiliki ciri-ciri antara lain:
·         . Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
·          Tingkat kesadaran yang tinggi
·         Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
·         Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
·          Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
·          Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
·          Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
·          Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa?” atau “bagaimana jika?” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
B.     SARAN
Sebagai seorang guru kita harus tahu peranan SQ dalam kehidupan peserta didik. Sehingga jika kita telah tahu peranan SQ ini maka kita akan termotivasi untuk selalu meningkatkan kecerdasan spritual anak.
Tak hanya untuk guru, semua pihak yang terkait dengan kesuksesan anak harus mampu menerapkan dan meningkatkan kecerdasan spritual anak. Agar anak lebih mudah meraih kesuksesan.
DAFTAR PUSTAKA

Ginanjar, Ary Agustian, ESQ. Jakarta:2001

Komentar

  1. makasih informasinya pak... salam cerdas

    BalasHapus
  2. Membantu mengatasi semua masalah mulai masalah yang sepele sampai masalah santet menyantet, dengan ghaib terberat, dll. Mulai cek di tubuh ada jin yang nempel atau tidak, healing, sinkronisasi qorin, sinkronisasi jiwa raga, sinkronisasi past life, membuang ghaib jahat, dll. Ikhlasnya saya: Saya membantu Anda, karena saya dulu pernah di posisi Anda (Dulu, Butuh Bantuan juga).
    Konsep: Do'a with LoA: http://jongkojoyosudrajat.blogspot.com/2019/10/doa-with-loa.html

    Untuk deteksi awal dan janjian, silahkan hubungi tandem saya Mbak Rien: istposted@gmail.com

    Per Oktober 2019:

    Untuk deteksi awal dan janjian hari/ tempat silahkan hubungi tandem saya Mbak Rien: istposted@gmail.com

    Kenapa di kami bisa gratis termasuk sewa tempatnya? Karena sudah banyak yang berhasil kami bantu dan sekarang menjadi donatur tetap. Selain itu, kami lebih suka balasan pahalanya di akhirat. Masih ingin zonk dengan bayar jutaan rupiah? Silahkan tanya Mbak Rien tentang ini. Sudah jauh, mahal, ternyata dukunnya gak bisa apa2.

    Target jangka pendek ini adalah menyelamatkan peredaran uang puluhan juta per hari dan kehilangan waktu antri bulanan dari dukun abal2.

    Mau bilang ybs khodam malaikat? Udah disamplui kalau ilmunya dipakai bisnis. Ini khodamnya jin islam arab. Cuman, ybs gak tahu dan nganggapnya malaikat.

    jongkojoyosudrajat@blogspot.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA SERAPAN DAN TANDA BACA

Pendekatan Pemecahan Masalah

PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK