PENDEKATAN REALISTIK



A.    Definisi Pendekatan Realistik
Salah satu pembelajaran matematika yang akhir-akhir ini sedang marak dibicarakan orang adalah pembelajaran menggunakan pendekatan realistik.
Pendidikan matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) diketahui sebagai pendekatan yang telah berhasil di Nederlands. Ada satu hasil yang menjanjikan dari penelitian kuntitatif dan kualitatif yang telah ditunjukan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan RME mempunyai skor yang lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan tradisional dalam hal keterampilan berhitung, lebih khusus lagi dalam aplikasi (Becker & Setler, 1996). Gagasan pendekatan dengan realistik ini tidak hanya popular di Negeri Belanda saja, melainkan banyak mempengaruhi kerja para pendidik matematika di banyak bagian dunia (Freudenthal, 1991; Gravemeijer, 1994; Streefland, 1991).[1]
Realistic Mathematics Education adalah suatu teori dalam pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika yang harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi melalaui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.[2]
Matematisasi yang di formulasikan oleh Teffers (1991), yaitu matematisasi harisontal dan vertikal.
  1. Matematisasi horizontal adalah pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasi masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan pentranformasian masalah dunia real ke masalah matematik.
  2. Matematisasi vertikal adalah respresenasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaiaan model matematik, penggunaan model-model yang berbeda, dan penggeneralisasian.
Kedua jenis matematisasi ini mendapat perhatian seimbang, karena kedua matematisasi ini mempunyai nilai sama (Van den Heuvel-Panhuizen, 2000).
Berdasarkan matematisasi horizontal dan vertikal, pendekatan dalam pendidikan matematika dapat dibedakan menjadi empat jenis, diantaranya:[3]
  1. Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisional dan didasarkan pada apa yang diketahui dari pengalaman sendiri (diawali dari yang sederhana ke yang lebih kompleks). Dalam pendekatan ini manusia ibarat komputer, sehingga dapat diprogram dengan cara drill untuk mengerjakan hitungan atau algoritma tertentu dan menampilakan aljabar pada level yang paling sederhana atau bahkan mungkin dalam penyeleasian geometri serta berbagai masalah, membedakan dengan mengenai pola-pola dan proses yang berulang-ulang
  2. Pendekatan struktualistik, pendekatan yang menggunakan sistem formal, yang secara histories berakar pada pengajaran geometri tradisional, bahwa matematika dan sistemnya terstrutur secara baik. Manusia dengan kemuliaannya, belajar degan pandangan dan pengertian dalam berbagai rational, ia dianggap sanggup menampilkan deduksi-deduksi yang lebih efesien  dengan cara menggunakan subjek materi sisteamatik dan terstruktur secara baik. Dalam pendekatan ini, yang pada mulanya dijalankan oleh Sokrates, para siswa diharapkan patuh untuk mengulang-ulang deduksi pokok. Untuk menguji hasil pengulangan ini, apakah hanya membeo saja atau benar-benar menguasai suatu kumpulan permasalahan selanjutnya siswa dilatih secara drill.
  3. Pendekatan empiritis meyatakan bahwa dunia adalah kenyataan. Pendekatan empiristik adalah suatu pendekatan dimana konsep-konsep matematika tidak diajarkan. Dalam pandangan ini, kepada siswa  disediakan berbagai material yang sesuai dengan dunia kehidupan para siswa. Para siswa memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang berguna, namun sayangnya para siswa tidak dengan segera mensistemasikan dan merasionalkan pengalaman.
  4. Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Kepada siswa diberikan tugas-tugas yang mendekati kenyataan, yaitu yang dari dalam siswa akan memperluas dunia kehidupannya. Kemujuan individu maupun kelompok dalam proses belajar seberapa jauh dan seberapa cepat akan menetukan spektrum perbedaan dari hasil belajar dan posisi individu tersebut
Beberapa penelitian pendahuluan di beberapa negara menunujukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan realistik, sekurang-kurangnya dapat membuat:
  1. Matematika lebih menarik, relevan, dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak.
  2. Memepertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
  3. Menekan belajar matematika pada “learning by doing”.
  4. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa menggunakan penyelesaian (algoritma) yang baku.
  5. Menggunakan kontesk sebagai titik awal pembelajaran matematika (Kiper & Knuver, 1993)
Salah satu filosofi yang mendasari pendekatan realistik adalah bahwa matematika bukanlah satu kumpulan aturan atau sifat-sifat yang sudah lengkap yang harus siwa pelajari. Menurut Freudenthal (1991) bahwa matematika bukan merupakn sutu subjek yang siap saji untuk siswa, melainkan suatu proses pembelajaran yang dinamis yang dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya.





B.     Ciri-ciri Pendekatan Realistik
  1. Menggunakan Konteks “Dunia Nyata”
Dalam RME , pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual “dunia nyata”, sehingga memungkinkan mereka menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung. Proses penyarian dari konsep yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan oleh De Lange (1987) sebagai matematis konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian, siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata (applied mathematization). Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari perlu diperhatikan matematisiasi pengalaman sehari-hari (mathematization of everyday experience) dan penerapan matematika dalam sehari-hari (Cinzi Bonotto, 2000).
  1. Menggunakan Model-model (Matematisiasi)
Istilah model berkaitran dengan model situasi dan model matematik yang dikembangnkan oleh siswa sendiri (self devolped models).Peran self devolped models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika informasi kematematika formal. Artinya siswa membuat modelnya sendiri dalam menyeleasaikan masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat dengan dunia nyata siswa. Generalisasi dan formalisasi model tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebutt . Melalui penalaran matematik model-of akan bergeser menjadi model-for masalah yang sejenis. Pada akhirnya , akan menjadi model matematika formal.
  1. Menggunakan Produksi dan Kontruksi
Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran mengenai konstruktif dan produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan mengkontruksi sendiri (yang mungkin berupa algoritma, rule, atau aturan), sehingga dapat membimbing para siswa dari level matematika informal menuju matematika formal;

  1. Menggunakan Interaktif
Interaksi antara siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam RME. Secara ekplisist bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.
  1. Menggunakan Keterkaitan (Intertwinment)
Dalam RME pengitegrasian unit-unti matematkia adalah esensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmatika, aljabar, atau geometri tetapi juga bidang lain.
Kelima karakteristik belajar (dan mengajar) menurut filosofi realistik di atas inilah yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika. Dalam pengembangan pendekatan realistik, yang pada umumnya menggunakan pendekatan ‘developmental reserch’, Freudenthal (1991) menjelaskan bahwa ‘developmental reserch’ adalah pengalaman proses siklis dari pengembangan dan penelitian secara sadar, kemudian dilaporkanya secara jelas. Pengalaman ini kemudian dapat ditransfer kepada yang lain menjadi pengalaman sendiri.
Keunggualan dalam Pendekatan Realistik
  1. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas yang ada disekitar siswa.
  2. Karena siswa membangun sendiri pengetauannya maka siswa tidak mudah lupa dengan materi.
  3. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban ada nilainya.
  4. Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan berani mengemukakan pendapat.
  5. Pendidikan budi pekerti, misalnya saling kerjasama dan menghormati teman yang sedang berbicara.


Kelemahan dalam Pendekatan Realistik
  1. Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabnnya.
  2. Untuk memahami satu materi pelajaran dibutuhkan waktu yang cukup lama.
  3. Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.
  4. Belum ada pedoman penilaian, sehingga guru merasa kesuliatn dalam evaluasi/ memberikan nilai.[4]

C.    Contoh Desain Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Realistik Matematika
Kepada siswa disajikan barbagai konteks yang berkaitan dengan sistem persamaan linear, pengenalan proses penyelesaian SPL, sampai kepada pengenalan istilah persamaan dan sistem persaman linear. Antara lain konteks barter, timbangan,
Membandingkan dan menukar (barter)
Terdapat suatu kurun waktu ketika uang belum ada. Orang yang hidup dalam masyarakat kecil menanam panennya sendiri, membawa ternakanya atau kambingnya.
Apa yang mereka kerjakan, jika mereka memerlukan sesuatu, tetapi memreka tidak meproduksisnya? Mereka menukar beberapa yang mereka miliki dengan sejumlah benda yang mereka butuhkan. Ini yang dinamakan barter atau pertukaran.
Ahmad hidup di suatu desa kecil dengan keluarganya. Keluarga ahmad memerlukan jagung, ia akan memasarakannya dengan dua kambing dan satu biri-biri untuk menukar beberapa karung jagung. Mula-mulaia ketemu Harun yang mengatakan, “saya hanya menukar sekarung garam untuk beberapa ekor ayam. Saya akan memberimu satu karung garam untuk setiap dua ekor ayam”. “Saya tidak punya ayam, “Pikir ahmad, jadi saya tidak dapat menukarnya dengan Harun.
Kemudian ia menjumpai Haris dan bercerita kepadanya, “saya akan memberikan kamu dua kantong jagung untuk setiap tiga kantong garam.” Ternyata “itu juga tidak dapat membantu saya” pikir Ahmad.
Kemudian ia menjumpai Rani, ia akan menukar tiga ekor ayam untuk setiap ekor biri-biri, dan ia mengatakan “Saudaraku mau membeli enam karung garam untuk setiap ekor kambing yang kamu miliki”.
Ahmad semakin bingung. Apa yang dapat ia kerjakan, ia harus pergi kerumah hanya dengan berkarung-karung jagung, tidak dengan biri-biri atau kambing yang ia perlukan, atau ayam atau garam.
Apa yang dapat ahmad kerjakan?


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uarain di atas dapat disimpulakan bahwa (RME) Realistic Mathematics Education adalah suatu teori dalam pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi melalaui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.
Karakteristik Pendekatan realistic diantaranya adalah sebagai berikut:
         Menggunakan konteks yang real terhadap siswa sebagai titik awal untuk belajar
         Menggunakan model sebagai suatu jembatan antar real dan abstrak yang membantu siswa belajar matematika pada level abtrak yang berbeda
         Menggunakan produksi siswa sendiri atau strategi sebagai hasil dari mereka “doing mathematics”
         Interaksi antara siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam RME
         Menggunakan Keterkaitan (Intertwinment)

B.     Saran
Dengan dibuat makalah ini semoga pembaca lebih memahmi tentang startegi dalam pembelajaran matematika khususnya mengenai pendekatan realistik atau lebih dikenal dengan (RME) Realistic Mathematics Education. Penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, penulis meminta saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan dalam makalah singkat ini.



DAFTAR PUSTAKA


Suherman, Erman. 2001. Startegi Pembelajaran Matematika Kontenporer. Bandung: UPI.
http//www.geocities.com
http//www.geocities.com/Atens/crete
http//www.geocities.com/ratuilma/linkframeset_indo.html
http//www.geocities.com/ratuilma/rme
http//www.google.com/Pembelajaran_Matematika_Realistik



[1] Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer, (Bandung: UPI, 2001), h. 143
[2] http//www.geocities.com/Atens/crete
[3] http//www.google.com/Pembelajaran_Matematika_Realisrik
[4] http//www.geocities.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA SERAPAN DAN TANDA BACA

Pendekatan Pemecahan Masalah

PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK